Blog ini kami buat untuk memudahkan kita semua mengetahui pengetahuan tentang bentuk sediaan obat dan kelebihan serta kekurangannya....
Minggu, 26 Mei 2013
Kamis, 16 Mei 2013
Galenika
Galenika
Istilah
galenika diambil dari nama seorang tabib Yunani, yaitu Claudius Galenos ( Galen
) yang membuat sediaan obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan sehingga
muncullah ilmu obat-obatan yang disebut "Ilmu Galenika". Jadi ilmu
galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan obat dengan
cara sederhana dan dibuat dari alam ( tumbuhan dan hewan ) .
Inhalasi
Inhalasi ( Inhalations
)
Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi
terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas
hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
Serbuk dapat juga diberikan secara
inhalasi, menggunakan alat mekanik secara manual untuk menghasilkan tekanan
atau inhalasi yang dalam bagi penderita yang bersangkutan.
Inhalan terdiri atas satu atau
kombinasi beberapa obat, yang karena bertekanan uap tinggi, dapat terbawa oleh
aliran udara ke dalam saluran hidung dan memberikan efek. Wadah obat yang
diberikan secara inhalasi disebut inhaler.
Inhalasi
Inhalasi ( Inhalations
)
Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi
terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas
hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
Serbuk dapat juga diberikan secara
inhalasi, menggunakan alat mekanik secara manual untuk menghasilkan tekanan
atau inhalasi yang dalam bagi penderita yang bersangkutan.
Inhalan terdiri atas satu atau
kombinasi beberapa obat, yang karena bertekanan uap tinggi, dapat terbawa oleh
aliran udara ke dalam saluran hidung dan memberikan efek. Wadah obat yang
diberikan secara inhalasi disebut inhaler.
Aerosol
Aerosol ( Aerosolum )
Aerosol adalah sediaan yang
mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan,
berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan isinya
hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan
menggunakan propelan yang cocok. Jika digunakan sebagai obat dalam atau secara
inhalasi,aerosol dilengkapi dengan pengatur dosis. Aerosol boleh mengandung
bahan pensuspensi, emuglator, dan pelarut pembantu.
Immunoserum
Imunoserum ( Immunosera
)
Pengertian
Imunoserum
adalah sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum
hewan dengan pemurnian. Imunoserum mempunyai kekuatan khas mengikat venin atau
toksin yang dibentuk oleh bakteri, atau mengikat antigen bakteri, antigen
virus, atau antigen lain untuk pembuatan sediaan.
Imunoserum diperoleh dari hewan
sehat yang di imunisasi dengan penyuntikan toksin atau
toksoid,venin,suspensi,mikroorganisme,atau antigen lain yang sesuai. Selama imunisasi,
hewan tersebut tidak boleh diberi penisilin. Sediaan cair imunoserum disimpan
pada suhu 2 - 8° C dan hindari dari pembekuan.
Infus Intravena
Infus Intravena
Pengertian
Infus Intravena atau Infundabilia atau Infus Intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi,
bebas pirogen, dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, dan di
suntikan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak.
Unguenta (salep)
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.
1. Menurut
konsistensinya salep dibagi menjadi:
a.
Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga
b. Cream
adalah salep yang banyak mengandung air, mudah sekali diserap kulit
c. Pasta
adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk)
d. Cerata
adalah salep berlemak yang mengandung lilin (waxes) dengan persentase yang
tinggi sehingga konsistensinya lebih keras
e. Gelones
Spumae (jelly) adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung
sedikit atau tanpa lilin, digunakan terutama pada membran mukosa sebagai
pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran minyak dan lemak dengan
titik lebur yang rendah.
2. Ketentuan umum
cara pembuatan salep
a.
Peraturan Salep Pertama
Zat-zat yang larut dalam campuran lemak dilarutkan ke dalam
salep, jika perlu dengan pemanasan.
b. Peraturan Salep Kedua
Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada
peraturan lain dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudian dimasukkan dalam
basis salep asalnya air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis
salep. Jumlah air yang dipakai dikurangkan dari basis.
c.
Peraturan Salep Ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam
lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.
d.
Peraturan Salep Keempat
Salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan atau
melelehkan, campurannya harus diaduk sampai dingin.
3. Pembuatan
salep dengan cara meleburkan
Bahan dasar salep berbeda-beda konsistensinya. Dasar salep
sering terbuat dari dua bahan atau lebih yang konsistensinya berbeda. Untuk
mendapatkan suatu massa dasar salep yang baik, maka dibuat dengan cara
peleburan sebagai berikut:
Misal Cera dengan minyak lemak dilebur dalam cawan porselen
di atas penangas air. Hasil peleburan dari bahan-bahan yang dilebur tersebut
sering kurang bersih, sehingga harus disaring dengan kain kassa pada saat
peleburan. Untuk mengganti berat karena penyaringan maka penimbangan bahan
dilebihkan sebesar 10-20%.
Salep Mata
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada
pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari
bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi
syarat uji sterilitas (Anonim, 1995, hal : 12).
Salep adalah sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan
obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok
(Anief, 2000) hal 110.
Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal
pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling
sering digunakan adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk
suspensi, cairan bukan air dan salep mata. Berbeda dengan salep dermatologi
salep mata yang baik yaitu :
1. Steril
2. Bebas hama/bakteri
3. Tidak mengiritasi mata
4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena
sekresi cairan mata.
5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh
mendekati suhu tubuh (Ansel,1989) hal 562
Obat salep mata harus steril berisi zat antimikrobial
preservative, antioksidan, dan stabilizer. Menurut USP XXV, salep berisi
chlorobutanol sebagai antimikrobial dan perlu bebas bahan partikel yang dapat
mengiritasi dan membahayakan jaringan mata. Sebaliknya, dari EP (2001) dan BP
(2001) ada batasan ukuran partikel, yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak
boleh mengandung atau mempunyai partikel > 90 nm, tidak boleh lebih dari 2
partikel > 50nm, dan tidak boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).
B. Keuntungan dan kerugian
Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih
besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan
karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih
tinggi. Salep mata dapat mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat
akan tidur (Remington Pharmaceutical Science, hal.1585)
Gel
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang
dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel
kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7)
· Gel adalah
sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan
organik atau makromolekul senyawa
organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan
(Formularium Nasional, hal 315)
Keuntungan sediaan gel :
· Untuk
hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan yang
jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan
pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik;
kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan
sediaan gel :
· Untuk
hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap
jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah
dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
· Penggunaan
emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai
kejernihan yang tinggi.
· Untuk
hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan
pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena
pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan
film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau
kontak dengan zat aktif
Linimentum
Menurut FN ed.II;325, linimentum umumnya adalah sediaan cair
atau kental,mengandung analgetikum dan zat yang mengandung sifat rubefasien,
melemaskan otot atau menghangatkan; digunakan sebagai obat luar.
Linimentum analgetik dan linimentum yang melemaskan otot
digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit dengan mengoleskan pada kulit
menggunakan kain flanel atau bahan lain yang cocok; linimentum yang
menghangatkan digunakan pada kulit dengan cara mengoleskan sambil memijat dan
mengurut.
Penyimpanan : dalam botol berwarna bermulut kecil, ditempat
sejuk.
Catatan
Pada etiket harus juga tertera ; “Obat luar”
Linimentum tidak digunakan untuk kulit yang luka atau lecet.
Dalam buku Ilmu Resep;62
Linimentum
adalah sediaan cair atau kental, mengandung analgetikum dan zat yang mempunyai
sifat rubefasien, melemaskan otot dan menghangatkan, digunakan sebagai obat
luar.
Pembuatan :
1.
Mencampurkan seperti pada pembuatan salep.
Contoh : Linimen Gondopuro.(F.N)
2.
Dengan penyabunan (terjadi penyabunan)
Contoh : Linimen Amonia.(F.N.)
Lotio
benzil benzoas.(F.N)
3.
Terbentuk dari emulsi
Contoh : Peruvianum Emulsi I (F.N)
Peruvianum Emulsun II (F.N)
Adapun keuntungan liniment adalah:
Zat yang ditambahkan padanya diresorbsi lebih cepat.
Mudah dicuci dan sangat baik untuk pemakaian pada kulit yang
lembut.
TABLET
TABLET
Pengertian:
Menurut FI III, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.
Penggolongan
tablet:
Berdasarkan Metode Pembuatan
· Tablet cetak, dibuat
dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk
sukrosa dalam berbagai perbandingan.
· Tablet kempa, dibuat
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja.
· Tablet triturate,
merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris, digunakan
untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.
· Tablet hipodemik,
adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan
untuk injeksi hipodemik.
· Tablet sublingual,
digunakan dengan caara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika
diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin.
· Tablet bukal,
digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara gigi dan gusi, sehingga zat
aktif diserap langsung melalui mukosa mulut.
· Tablet efervesen,
dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran asam
(asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam
air akan menghasilkan karbon dioksida.
· Tablet kunyah,
dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga
mulut, khususnya diformulasikan untuk anak-anak, obat antasida, multivitamin,
dan antibiotic tertentu.
Berdasarkan Distribusi Obat dalam Tubuh
· Bekerja lokal,
misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk pengobatan
pada infeksi di vagina.
· Bekerja sistemik,
dapat dibedakan menjadi:
a.
Yang bekerja short-acting
(jangka pendek); dalam satu hari memerllukan beberapa kali meminum tablet.
b.
Yang bekerja long-acting (jangka
panjang); dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Tablet jangka panjang
dapat dibedakan lagi menjadi:
-
Delayed action tablet
(DAT), dalam
tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat berkhasiat karena pembuatannya
dengan menggelompokkan granul-granul zat berkhasiat, dan setiap kelompok
disalut dengan penyalut yang berbeda-beda waktu hancurnya, lalu dicampurkan dan
baru dicetak.
-
Repeat action tablet
(RAT),
granul-granul yang paling lama pecahnya dibuat menjadi tablet inti, lalu
granul-granul yang kurang lama pecahnya dibuat lagi disekelilingnya menjadi susunan
tablet baru.
Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut
· Tablet salut biasa/
salut gula (dragee), disalut oleh gula dari suspense air yang mengandung serbuk
tidak larut.
· Tablet salut selaput (film-coated tablet, fct), disalut
dengan hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa,
Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung
air atau mengandung air.
· Tablet salut kempa,
adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang
terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok.
· Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau tablet lepas
tunda, yakni jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan
lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enteric
yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
· Tablet lepas lambat (sustained-release tablet), atau tablet
dengan efek diperpanjang, yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan
tetap tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
Berdasarkan Cara Pemakaian
· Tablet biasa/tablet
telan, dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di
lambung
· Tablet isap (lozenges, trochisi, pastilles), adalah
sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan
dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet hancur atau melarut
perlahan .
· Tablet implant (pelet), tablet kecil, bulat atau oval
putih, steril, dan berisi hormone steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan
cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit
kembali, zat berkhasiat akan dilepas secara perlahan-lahan.
· Tablet kunyah (chewable tablet)
· Tablet larut (effervescent tablet)
· Tablet bukal (buccal tablet)
· Tablet sublingual
· Tablet vagina (ovula)
· Tablet hipodermik (hypodermic tablet)
Keuntungan
sediaan tablet:
-
Lebih stabil
-
Dapat disimpan dalam waktu yang lama, asalkan tidak disimpan ditempat
lembab dan basah
-
Dapat dibuat seperti permen
Kerugian sediaan tablet:
-
Rasa pahit tidak sempurna tertutupi
-
Pada tablet salut gula, penyalutan memerlukan waktu yang lama dan perlu
penyalut yang tahan air, serta dapat memperbesar bobot tablet.
-
Proses pembuatan yang cukup panjang dan sulit.
Ada pun macam-macam kerusakan pada pembuatan
tablet, diantaranya:
1.
Binding, kerusakan pada tablet akibat massa yang akan dicetak melekat
pada dinding ruang cetakan
2.
Sticking/picking, perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelican kurang,
atau massa basah
3.
Whiskering, terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau
terjadi pelelehan zat aktif pada tekanan tinggi, akibatnya pada penyimpanan
dalam botol, sisi-sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk
4.
Splitting, lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada
bagian tengah
5.
Capping, membelahnya tablet di bagian atas
6.
Mottling, terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan
tablet
7.
Crumbling, tablet menjadi retak dan rapuh.
Pustaka: Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
krim
KRIM (Cremores)
Krim
adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
(mengandung air tidak kurang dari 60%).
Krim
ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan
air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat
digunakan untuk pemberian obat melalui vagina.
Stabilitas
krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan
perubahan komposisi (adanya penambahan salah satu fase secara berlebihan).
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai pengenceran yang cocok, yang
harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan harus
digunakan dalam waktu 1 bulan.
Bahan
pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki.
Sebagai bahan pengemulsi krim dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba,
setasium, setil alkohol, stearil alkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG
dan sabun.
Bahan
pengawet yang sering digunakan umumnya metilparaben (nipagin) 0,12-0,18%,
propilparaben (nipasol) 0,02-0,05%.
Cara pembuatan krim:
bagian lemak dilebur diatas tangas air kemudian tambahkan bagian airnya dengan
zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
pasta
Pasta (pastae)
Pasta
adalah sediaan semi padat (massa lembek) yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Pasta ini serupa dengan salep
hanya berbeda dalam konsistensinya, yaitu bahan padatnya lebih dari 50% dan
kegunaannya. Misalnya Pasta Zinci oleosa
(Ph. Bld. V).
Bahan
dasar pasta yang sering dipakai adalah: vaselin, lanolin, adeps lanae, Ungt.
Simplex, minyak lemak dan parafin liq. yang sudah atau belum bercampur dengan
sabun.
Kelompok
pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air misalnya
Na-karboksimetilselulosa (Na-CMC).
Kelompok
lain adalah pasta berlemak misalnya pasta Zn-oksida, merupakan salep yang
padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh, berfungsi sebagai lapisan pelindung
pada bagian yang diolesi.
Pasta
gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir agar memperoleh efek lokal
(misal, pasta gigi triamsinolon asetonida).
Pasta
Hamamelidis saponata/ Hazeline snow (C.M.N) sebetulnya bukan termasuk pasta
tetapi krim.
kapsul
CAPSULAE (KAPSUL)
PENGERTIAN KAPSUL
Kapsul
adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat
juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Macam-Macam Kapsul
Kapsul
cangkang keras (capsulae durae, hard capsul) terdiri atas bagian wadah dan
tutup (capsulaeoverculateae) yang terbuat dari metilselulosa, gelatin, pati,
atau bahan lain yang sesuai.
Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan
Kapsul
Keuntungan pemberian
bentuk sediaan kapsul:
1.
Bentuknya menarik dan praktis.
2.
Cangkang kapsul tidak berasa sehingga
dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak enak.
3.
Mudah ditelan dan cepat hancur atau
larut dalam perut sehingga obat cepat diabsorpsi.
4.
Dokter dapat mengkombinasikan beberapa
macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
5.
Kapsul dapat diisi dengan cepat karena
tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil
maupun tablet.
Kerugian
pemberian bentuk sediaan kapsul:
1.
Tidak bisa untuk zat-zat yang tidak
mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.
2.
Tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3.
Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang
kapsul.
4.
Tidak bisa untuk balita.
5.
Tidak bisa dibagi-bagi.
pulvis dan pulveres
PULVIS DAN PULVERES (SERBUK TAK TERBAGI
DAN SERBUK TERBAGI)
PENGERTIAN
SERBUK
Serbuk
adalah campuran kering bahan obat atau
zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam untuk pemakaian
luar.
Keuntungan
dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk
Keuntungan bentuk
serbuk, antara lain:
1.
Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
larut daripada sediaan yang dipadatkan.
2.
Anak-anak atau orang tua yang sukar
menelan kapsul atau tablet mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
3.
Masalah stabilitas yang sering dihadapi
dalam sediaan cair, tidak ditemukan dalam sediaan serbuk.
4.
Obat yang tidak stabil dalam suspensi
atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
5.
Obat yang terlalu besar volumenya untuk
dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
6.
Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis
yang sesuai dengan keadaan penderita.
Kerugian bentuk serbuk,
antara lain:
1.
Tidak tertutupnya rasa dan bau yang
tidak enak (pahit, sepet, lengket di lidah, amis, dan lain-lain).
2.
Pada penyimpanan kadang terjadi lembap
atau basah.
Pulvis
adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis, antara lain:
1.
Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak)
adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang
bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
2.
Pulvis dentrificius (serbuk gigi)
biasanya mengandung carmin sebagai pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam
kloroform atau etanol 90%.
3.
Pulvis sternutatorius (serbuk bersin)
adalah serbuk untuk dihisap hidung, oleh karena itu serbuk harus halus sekali.
4.
Pulvis efervesen, serbuk biasa yang
sebelum diminum dilarutkan dahulu dalam air dingin atau air hangat, serbuk ini
mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan yang jernih.
Suspensi
I.1 Definisi
a. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
(Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18)
Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan
ditujukan untuk penggunaan oral.
b. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
c. USP XXVII, 2004, hal 2587
Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan
partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring
agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung
partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk
pemakaian pada kulit.
Suspensi
otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan
maksud ditanamkan di luar telinga.
d. Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat,
tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan
padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat
tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan. Yang pertamaberupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa
serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
I.2 Keuntungan dan Kekurangan Sediaan (RPS ed.
18, vol 3, 1538-1539)
Keuntungan :
1.Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet
/ kapsul, terutama anak-anak.
2.Homogenitas tinggi
3.Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena
luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4.Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut
/ tidaknya)
5.Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam
air.
Kekurangan :
1.Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh,
degradasi, dll)
2.Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali
sehingga homogenitasnya turun.
3.Alirannya menyebabkan sukar dituang
4.Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan
larutan
5.Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan
sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi
fluktuasi / perubahan temperatur.
6.Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk
memperoleh dosis yang diinginkan.
I.3 Macam-macam Suspensi Berdasarkan
Penggunaan (FI IV, 1995, hal 18)
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel
padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai
dan ditujukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung
partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan
untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung
partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian
luar.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang
mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata.
Syarat suspensi optalmik (hal 14):
- Obat dalam suspensi harus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea.
- Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila
terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan.
Berdasarkan Istilah
1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang
mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian oral. (contoh : Susu
Magnesia)
2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air
seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan
teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi
tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).
3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi
untuk pemakaian pada kulit (contoh : Lotio Kalamin)
Berdasarkan Sifat (Diktat kuliah Likuida dan Semisolida,
hal 102-104)
1. Suspensi Deflokulasi
- Partikel yang terdispersi merupakan unit
tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran
partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.
- Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan
masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.
- Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah
pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.
- Keunggulannya : sistem deflokulasi akan
menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan
sedimentasinya yang lambat.
- Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan
sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak.
- Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan
mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap
homogen pada waktu paronya.
2. Suspensi Flokulasi
- Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang
dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit
partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.
- Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat
sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali
mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
- Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir
penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.
- Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk
tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
- Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a. Kombinasi ukuran partikel
b. Penggunaan elektrolit untuk
kontrol potensial zeta.
c. Penambahan polimer
mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.
Penggunaan Suspensi dalam Farmasi
(Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design, Michael
E. Aulton, hlm 270 : Diktat Teknologi Farmasi Liquida dan Semisolid, DR.
Goeswin Agoes, hlm 89 – 90)
2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam
air. Untuk zat yang sangat mudah terurai dalam air, dibuat bentuk yang
tidak larut. Dengan demikian, penguraian dapat dicegah.
Contoh : untuk menstabilkan Oxytetrasiklin HCl di dalam
sediaan cair, dipakai dipakai garam Ca karena sifat Oxytetrasiklin yang mudah
sekali terhidrolisis di dalam air.
3. Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat
dipersingkat dengan mengencerkan zat padat medium dispersi pada saat akan
digunakan. Contoh : Ampisilin dikemas dalam bentuk granul, kemudian pada
saat akan dipakai disuspensikan dahulu dalam medim pendispersi. Dengan
demikian maka stabilitas ampisilin untuk 7 hari pada temperatur kamar
masih dapat dipenuhi.
4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air,
maka digunakan medium non-air sebagai medium pendispersi. Contoh
: Injeksi Penisilin dalam minyak dan Phenoxy penisilin dalam minyak
kelapa untuk oral.
5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus
yang terdispersi dapat menaikkan luas permukaan di dalam saluran pencernaan,
sehingga dapat mengabsorpsi toksin-toksin atau menetralkan asam yang diproduksi
oleh lambung. Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-Trisilikat. (antasida/Clays)
6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang
terdispersi dapat digunakan untuk sediaan yang berbentuk inhalasi. Zat
yang mudah menguap seperti mentol, Ol. Eucaliptus, ditahan dengan
menambah Mg-Karbonat yang dapat mengadsorpsi tersebut.
7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak
atau pahit dengan lebih baik dibandingkan dalam bentuk larutan. Untuk
suspensi Kloramfenikol dipakai Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit.
8. Suspensi BaSO4 untuk kontras
dalam pemeriksaan X-Ray.
9. Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol.
Langganan:
Postingan (Atom)